Sel adalah unit penyusun semua makhluk hidup yang berfungsi untuk metabolisme tubuh suatu makhluk hidup yang terdiri dari nukleus (inti sel), dan kromoson yang didalamnya terdapat DNA, gen, protein, dan unit penyusun lainnya.
1.Klasifikasi Type ALBINO STRAIN.
Type-I (Bob Clark Strain) : albino ini type satu ini sangatlah unik karena bersifat polymorphic yang artinya dalam satu tetasan/keturunan memiliki warna yang berbeda - beda yakni white phase, lavender phase, dan purple phase serta yang terbaru yakni dark purple phase.
Type-II (Peter Kahl Strain) : albino type dua ini dikenal dengan nama amel/T-/kahl karena albino ini memiliki warna tubuh yang benar - benar putih bersih dengan warna mata merah, sedangkan albino white phase warna tubuh putih dengan warna mata hitam.
Type-III (Brian Sharp Strain) : dikenal dengan warna yang seperti caramel/T+, dimana semua warna hitam digantikan dengan warna ungu dan pigmen gelap lainnya tidak ada. Warna yang muncul pada type ini biasanya warna putih, warna kuning pucat sampai keemasan dan warna ungu dimana warna putih ini akan semakin banyak ketika beranjak dewasa.
2. LEUCHOPHORES - Kromatofor Putih.
Calico : terdapatnya bercak warna putih yang tersebar diseluruh tubuh dengan ukuran yang beranekaragam yang biasanya mengelilingi pattern aslinya.
Piedbald : hampir sama seperti calico dengan kuantitas warna putih hampir diseluruh bagian tubuhnya, tetapi tetap terlihat pattern aslinya.
Leucistic : tidak memiliki pigmen warna apapun pada tubuhnya selain warna putih dengan ciri - ciri warna mata normal atau hitam solid.
3. MELANOPHORES - Kromatofor Hitam/Coklat.
Hypoaxanthic : warna kuning yang diproduksi oleh melanin berkurang dari jumlah normalnya sedangkan warna merahnya tetap terproduksi dengan jumlah yang normal. Dan untuk reptile yang termasuk kedalam jenis ini masih dalam tahapan uji coba selective breeding oleh para pakar ahlinya.
Hyperaxanthic : warna kuning yang diproduksi oleh melanin dalam jumlah yang banyak dan warna merah dalam jumlah yang normal sehingga hewan tersebut nampak seperti warna orange atau juga biasa disebut dengan Anery Type-A / Xanthic.
5. ERYTHOPHORES - Kromatofor Merah.
Anerystic : warna merah tidak diproduksi oleh melanin sedangkan warna kuning masih tetap terproduksi dan reptile yang tergolongkan dalam jenis ini akan muncul dengan warna hitam dan warna putih serta warna kuning yang bervariasi.
Hypoanerystic : warna merah yang diproduksi oleh melanin berkurang dari jumlah normalnya sedangkan warna kuningnya tetap terproduksi dengan jumlah yang normal.
Hyperanerystic : warna merah yang diproduksi oleh melanin dalam jumlah yang banyak dan warna kuning dalam jumlah yang normal sehingga hewan tersebut memeilik warna merah pada tubuh dalam area yang cukup luas.
6. CYANHOPHORES - Kromatofor Biru.
Cyanophores adalah sel pigmen warna biru di mana sel tersebut relatif tidak spesifik susunannya, sehingga memperoleh suatu ciri khas tertentu dengan komposisi kimia yang tidak diketahui. Cyanophores ini memberikan tampilan warna biru yang menyala pada hewan – hewan tersebut yang biasa ditemukan pada species ikan laut, dan species amphibi.
7. IRIDHOPHORES - Kromatofor Reflektif/Warna Warni.
Iridophores tidak seperti jenis kromatofor lainnya yang tidak menghasilkan pigmen tetapi mengandung endapan purin (guanine, hipoksantin, adenine) bersifat crystal dan mencerminkan jumlah cahaya yang bervariasi. Struktur crystal ini mengendalikan penampilan dan refleksi cahaya merah, biru, kuning, ungu, orange, dan hijau ke mata kita yang digerakkan oleh otot – otot tubuh. Iridophores paling terkonsentrasi di daerah yang tidak memiliki melanophores dan daerah tersebut akan tampak kecoklatan bukannya hitam. Iridophores juga berperan dalam menghalangi radiasi sinar UV yang berbahaya yang terkandung oleh sinar matahari. Selain itu, iridophores tertentu mungkin memantulkan cahaya sedemikian rupa sehingga tampak kuning. Sudah pasti beberapa alel bekerja di sini dan masing-masing secara unik mempengaruhi penampilan spesimen yang terlibat, contohnya seperti species gurita, species chameleon.
Kromosom merupakan struktur di
dalam sel berupa deret panjang molekul yang terdiri dari satu molekul DNA dan
berbagai protein terkait yang merupakan informasi genetik suatu organisme. Setiap kromosom memiliki dua lengan, yang pendek disebut lengan “p” dan yang
panjang disebut lengan “q”. Kromosom pertama kali diamati oleh Karl Wilhelm Von
Nageli pada tahun 1842 dan ciri-cirinya dijelaskan dengan detail oleh Walther
Flemming pada tahun 1882.
Susunan kromosom manusia sendiri berjumlah 46 buah atau 23 pasang dan untuk membantu mengidentifikasinya, maka pasangan kromosom tersebut diberi nomor dari 1-22, sedangkan untuk pasangan kromosom terakhir yang merupakan kromosom jenis kelamin diberi nama kromosom X dan Y. Kromosom jenis kelamin ini nantinya akan menentukan apakah seorang individu tersebut berjenis kelamin perempuan (kromosom XX) atau laki-laki (kromosom XY). Sedangkan locus adalah posisi sebuah gen di dalam kromosom (mutation gen yang pada situasi tertentu bisa menyebabkan anakannya terlahir dengan morph yang berbeda dari morph normal/wildtype). Sistem ini pertama kali dijelaskan oleh Nettie Stevens dan Edmund Beecher Wilson pada tahun 1905.
Susunan kromosom manusia sendiri berjumlah 46 buah atau 23 pasang dan untuk membantu mengidentifikasinya, maka pasangan kromosom tersebut diberi nomor dari 1-22, sedangkan untuk pasangan kromosom terakhir yang merupakan kromosom jenis kelamin diberi nama kromosom X dan Y. Kromosom jenis kelamin ini nantinya akan menentukan apakah seorang individu tersebut berjenis kelamin perempuan (kromosom XX) atau laki-laki (kromosom XY). Sedangkan locus adalah posisi sebuah gen di dalam kromosom (mutation gen yang pada situasi tertentu bisa menyebabkan anakannya terlahir dengan morph yang berbeda dari morph normal/wildtype). Sistem ini pertama kali dijelaskan oleh Nettie Stevens dan Edmund Beecher Wilson pada tahun 1905.
DNA (deoxyribo nucleic acid)
merupakan asam nukleat bersamaan dengan protein dan karbohidrat, dimana asam
nukleat adalah makromolekul esensial bagi seluruh makhluk hidup, terdiri
dari dua unting biopolimer yang berpilin satu sama lainnya membentuk heliks
ganda yang berada didalam kromosom. Dua unting DNA bersifat anti-paralel yang berarti bahwa keduanya
berpasangan secara berlawanan melalui proses biokimia yang disebut transkripsi
dimana unting DNA digunakan sebagai templat untuk membuat unting RNA.
Struktur kimia DNA yang ada membuatnya sangat cocok untuk menyimpan informasi biologis setiap makhluk hidup dan unting RNA ini kemudian ditranslasikan untuk menentukan urutan asam amino protein yang dibangun dikemudian hari. DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen - Jerman yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Fungsi dari DNA diantaranya sebagai pembawa informasi genetik DNA, memiliki peran dalam menduplikasi diri dan dalam pewarisan sifat, ekspresi informasi genetic, pengarah sintesis RNA pada sebuah proses kimia atau transkripsi, kode untuk pengaktifan protein dan penonaktifan gen, dan membuat protein.
Struktur kimia DNA yang ada membuatnya sangat cocok untuk menyimpan informasi biologis setiap makhluk hidup dan unting RNA ini kemudian ditranslasikan untuk menentukan urutan asam amino protein yang dibangun dikemudian hari. DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen - Jerman yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Fungsi dari DNA diantaranya sebagai pembawa informasi genetik DNA, memiliki peran dalam menduplikasi diri dan dalam pewarisan sifat, ekspresi informasi genetic, pengarah sintesis RNA pada sebuah proses kimia atau transkripsi, kode untuk pengaktifan protein dan penonaktifan gen, dan membuat protein.
Gen berasal dari bahasa belanda
yang berarti pewarisan sifat organisme hidup (unit DNA yang ditularkan dari
satu generasi ke generasi berikutnya melalui percampuran sperma dan sel telur) melalui
proses reproduksi untuk menjaga keutuhan bentuk dan fungsi kehidupan suatu
organisme dapat tetap terjaga. Setiap gen memiliki kode spesifik enzim untuk
mengkatalisis reaksi enzim setiap satu langkah di jalur biokimia yang
menentukan fenotipe (warna/pola) atau genotipe (sifat/karakter) suatu individu,
termasuk kedalam dominan atau resesif.
Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokus tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator pengendali, sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Gen terbentuk secara berpasangan dalam satu lokus pada kromosom homolog yang disebut sebagai alel yang membawa ciri dan sifat yang berbeda. Alel adalah pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen dan kebanyakan orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipe berbeda. Fungsi gen adalah untuk menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi, mengontrol serta mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh, menentukan sifat-sifat pada keturunannya (bentuk / corak tubuh), proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Genetika bisa sangat kompleks dan membingungkan dengan semua morphs baru dan kemungkinan akan datang desainer morph, pemahaman dasar tentang genetika dan bagaimana berhubungan dengan peternakan sangat penting untuk dipahami secara mendasar. Dibawah ini mari kita bahas mengenai Sifat - Sifat Genetik :
Bentuk fisiknya adalah urutan DNA yang menyandi suatu protein, polipeptida atau seuntai RNA yang memiliki fungsi bagi organisme yang memilikinya. Batasan modern gen adalah suatu lokus tertentu pada genom yang berhubungan dengan pewarisan sifat dan dapat dihubungkan dengan fungsi sebagai regulator pengendali, sasaran transkripsi, atau peran-peran fungsional lainnya. Gen terbentuk secara berpasangan dalam satu lokus pada kromosom homolog yang disebut sebagai alel yang membawa ciri dan sifat yang berbeda. Alel adalah pilihan variasi yang tersedia oleh suatu gen dan kebanyakan orang lebih sering menggunakan istilah alel untuk ekspresi gen yang secara fenotipe berbeda. Fungsi gen adalah untuk menyampaikan informasi mengenai genetika dari generasi ke generasi, mengontrol serta mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh, menentukan sifat-sifat pada keturunannya (bentuk / corak tubuh), proses reaksi kimia di dalam tubuh dapat terjadi secara berurutan. Genetika bisa sangat kompleks dan membingungkan dengan semua morphs baru dan kemungkinan akan datang desainer morph, pemahaman dasar tentang genetika dan bagaimana berhubungan dengan peternakan sangat penting untuk dipahami secara mendasar. Dibawah ini mari kita bahas mengenai Sifat - Sifat Genetik :
1. Resesif
Sifat resesif pada gen adalah
sifat yang hanya muncul jika sifat tersebut masing – masing dimiliki oleh kedua
orang tuanya. Misalnya contoh gen resesif adalah albino, jika kita mengawinkan
albino retic dengan retic normal maka tidak akan menghasilkan retic albino
melainkan 100% retic normal yang membawa gen albino (heterozygous). Nah
disinilah keunikan gen resesif karena dia tidak akan muncul jika tidak bertemu
dengan sesama gen yang resesif, selain itu gen resesif akan terus terbawa dalam
anakan yang dihasilkan sehingga memiliki potensi menghasilkan albino jika
dikawinkan dengan albino atau het albino lainnya.
2. Simpel Resesif
Simpel resesif adalah sifat yang
ketika akan melakukan mutasi membutuhkan dua indukan yang memiliki gen sama
agar sifat resesifnya muncul pada anakannya, sehingga ketika dikawinkan akan
match dan menghasilkan hewan dengan gen resesif (homozygous). Contohnya gen
albino pada ball python/reticulatus, jika kita menghendaki anakan yang lahir albino maka harus mengawinkan het abino x het albino atau albino x het albino,
oleh karena itu jika mengawinkan albino x normal maka bukanlah termasuk sifat simple
resesif.
3. Dobel Resesif
Lain halnya dengan sifat dobel
resesif dimana ular memilik dua het dalam satu individu, apakah mungkin
terjadi? ya, tentu saja hal ini bisa terjadi. Contohnya pada ular molurus, gen
yang termasuk resesif yakni albino, granite, labyrinth dan patternles (green).
Kita akan mengawinkan molurus granite x molurus labyrinth maka hasilnya tidak
akan ada sama sekali granite ataupun labyrinth, hanya menghasilkan anakan
dengan penampilan normal yang didalam gennya terkandung sifat granite dan
labyrinth secara bersamaan. Nah inilah yang disebut dengen dobel resesif ketika
satu individu mengandung dua het secara bersama.
4. Heterozygous
Het adalah istilah yang dipakai
untuk menyebut hewan yang memiliki dua gen yang berbeda untuk suatu sifat
tertentu. Istilah het dipakai untuk hewan yang merupakan hasil perkawinan
gen resesif, sebagaimana yang dibahas di atas. Karena hewan yang lahir dari
gen resesif x bukan resesif akan menghasilkan hewan yang tampak normal tetapi
membawa gen resesif. Hewan seperti itulah yang disebut sebagai heterozygous,
istilah het juga bisa diberlakukan pada gen co-dominan dimana gen tersebut
merupakan het dari super form hewan dengan co-dom.
5. Homozygous
Di mana kedua gen untuk suatu
sifat tertentu adalah sama. Ketika gen resesif itu berbentuk homozygous, dapat
membuat hewan tersebut terlihat berbeda dari tipe wild type/normalnya, karena
ketika gen dominan berbentuk homozygous, dapat membuat hewan tersebut terlihat
berbeda dari kedua tipe (wild type & heterozygous).
6. Dominan
Hewan dengan sifat genetik
dominan anakan menghasilkan anakan yang sama dengan indukannya 100%, salah satu
contohnya adalah retic goldenchild yang merupakan retic morph dengan sifat
dominan dimana artinya sekalipun dikawinkan dengan retic normal maka akan dihasilkan 100%
goldenchild juga. Oleh karena itu reptil morph dengan label sifat dominan
mempunyai harga yang tinggi karena akan menghasilkan anakan yang bagus pula.
7. Co-Dominan
Hewan dengan sifat genetik co-dom
yang paling populer adalah pada retic yakni tiger, sunfire, dan fire
(platinum), karena jika reptil kita memiliki sifat co-dom maka ketika dikawinkan
dengan hewan normal maka akan menghasilkan 50% normal dan 50% morph. Contohnya
tiger retic jika dikawinkan dengan retic normal maka akan menghasilkan retic
normal dan retic tiger dengen prosentase yang sama, dan jika sesama jenis
co-dom dikawinkan maka akan menghasilkan super form, misalkan retic tiger x
retic tiger maka akan menghasilkan anakan super tiger 25%, tiger 50%, dan
normal 25%. Contoh lainnya pada ballphyton yellowbelly x ballphyton yellowbelly maka akan menghasilkan anakan ivory 25%, yellowbelly 50%, dan normal 25%. Anakan yang dihasilkan dari hewan dengan sifat co-dom sama sekali
tidak menghasilkan het, hal ini berarti anakan normal yang dihasilkan sama
sekali tidak membawa gen tertentu dan tetap menjadi hewan normal.
8. 66% Poss Het
66% het atau poss het adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan hasil perkawinan antara het x het,
66% tidak akan muncul dalam perkawinan het x homozygous. Individu yang
mengandung sifat ini nampak seperti tipe normal atau wildtype hanya saja
terdapat kesempatan sebesar dari anakan normal tersebut 66% nya
mengandung het. Sebagai contoh molu het granit x molu het granit akan
menghasilkan anakan 25% wildtype, 50% wildtype het granit, dan
25% granit. Dari hasil perkawinan tersebut diperoleh 75% molu normal dan
25% adalah molu granite, sulit untuk menentukan diantara 75% molu normal
tersebut yang mengandung het atau yang tidak mengandung het sama sekali. Oleh
karena itu hasil yang muncul adalah 75% wildtype 66% poss het
granit, dan 25% granit. Angka 66% diperoleh dengan membagi prosentase utuh
dengan tiga variabel yakni 1/3 granit, 1/3 het, 1/3 normal dan angka
1/3(normal) ditambah 1/3(het) dikonvert menjadi angka 66,66 atau disingkat 66%
poss het.
8. Paradox
adalah mutasi yang sifat pewarisannya terjadi secara acak dan tidak berpola bisa langsung ke anakan F1, F2, F3, F4, dan seterusnya serta tidak ada yang bisa mengetahui anakan yang keberapa yang akan mewarisi sifat mutasi unik (random mutasi) tsb, dimana mutasi ini merupakan sifat dari gen genotype (tidak terlihat). Hewan yang membawa sifat paradox ini saat baby terlihat seperti hewan normal pada umunya dan saat berusia juve/adult terjadilah sifat random mutasi (paradox) yang unik ini.
9. Poligenik
adalah sifat dari gen fenotype (terlihat) yang dikendalikan oleh lebih dari satu sifat allel (variasi gen) yang hanya tercipta dengan proses Selective Breed yang ketat untuk menciptakan suatu hewan tertentu dengan ciri khas tertentu dan sifat dari gen ini sangat kuat. Biasanya cara ini dilakukan untuk mempertahankan kemurnian/pemurnian suatu gen tertentu agar tidak tercampur dan dalam penciptaan mutasi poligenik ini ada Hukum Etika yang harus dipatuhi oleh semua penghobi reptile untuk tetap melabeli mutasi tersebut sesuai dengan yang diberikan oleh breeder pertama/penciptanya.
9. Hybrida
merupakan persilangan antara family maupun subfamily baik fenotype maupun genotypenya, namun hasil dari hybrida ini masih memiliki banyak resiko dalam prosesnya. Resiko - resiko tersebut diantaranya indukan yang antagonis terhadap pasangannya, sulit untuk dipasangkan dan dikembangbiakkan, jumlah telur yang dihasilkan sedikit, persentase keberhasilan penetasan yang rendah, lahir dalam keadaan sudah mati/cacat tubuh permanen, tidak dapat bertahan/tumbuh hingga dewasa, perlakuan khusus dalam perawatannya, tercemar/hancur/rusaknya suatu gen tertentu. Selain adanya resiko tersebut diatas ada sesuatu yang sangat diharapkan keberhasilannya oleh seluruh breeder yakni suatu kecacatan atau percampuran untuk lebih tepatnya yang terjadi pada warna, corak, dan ukuran yang disebabkan oleh perkawinan hybrida ini yang membuat hasil anakan tersebut terlihat indah untuk dipandang selain itu bisa dijual dengan harga yang cukup tinggi tentunya.
Mutasi Dasar Genetika
adalah sifat tunggal yang diwariskan pada keturunannya secara turun temurun atau yang lebih dikenal dengan “Teori Mendel” yang memiliki nama lengkap Gregor Johan Mendel. Sementara sebagian besar merupakan mutasi resesif yang khas, beberapa di antaranya codominan, dominan dan posshet. Morph sendiri memiliki arti kelainan genetika yang ditampilkan melalui perbedaan warna/corak pada tubuh suatu species yang dihasilkan oleh alam dalam kurun waktu yang sangat lama atau melalui proses selective breed untuk menghasilkan morph yang lebih menarik dengan cepat dengan campur tangan manusia. Apa itu albino dan bagaimana bisa begitu banyak jenis albinisme yang terjadi pada reptil, semua pertanyaan ini berasal dari perbedaan mendasar dalam cara pigmentasi warna kulit yang ditampilkan pada reptil. Albino adalah suatu kelainan genetic dan bukan penyakit infeksi yang dapat ditransmisi melalui kontak fisik, transfusi darah, dsb yang disebabkan enzim tirosinase tidak ada/rusak/cacat/terhalang sehingga melanin (sel pigmen) tidak mampu memproduksi warna coklat/hitam dan albino bisa dikategorikan kedalam tirosinase positif (T+) atau tirosinase negatif (T-). Sebagai catatan #definisi albino sejati yang sesunguhnya adalah lebih dari sekedar penjelasan diatas, karena hewan tersebut dapat dikatakan sebagai albino "jika kromatofor warna putih (Leuchophores), coklat/hitam (Melanophores), kuning (Xanthophores), merah (Erythophores), dan biru (Cyanhophores) benar - benar telah hilang atau tidak terproduksi. Fungsi melanin itu sendiri adalah sebagai zat pemberi warna pada kulit-mata-rambut, untuk melindungi tubuh dari sengatan cahaya matahari, dan dimana fungsi reproduksinya tetap normal. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh albino pada umumnya adalah mata dan kulit mereka sangat sensitif terhadap cahaya matarahari/cahaya yang sangat terang dimana jika intensitas terkena cahaya matahari terlalu lama bisa menyebabkan kerusakan pada kulit dan mata. Ada sebanyak enam jenis kromatofor warna yang ada pada reptil, masing-masing dapat dimodifikasi dengan salah satu dari tiga cara berikut yang pertama kurangnya fungsi (A-), yang kedua fungsi yang berkurang (Hypo-), dan yang ketiga fungsi yang meningkat (Hyper-). Kromatofor sendiri adalah suatu sel yang mengandung pigmen dan cahaya yang bertanggung jawab untuk menghasilkan warna kulit dan mata pada hewan berdarah dingin dan dihasilkan di puncak saraf selama perkembangan embrio. Kromatofor matang dikelompokkan menjadi subclass berdasarkan warnanya di bawah cahaya putih, berikut ini mari kita bahas beberapa hal yang ada kaitannya dengan albino :
Wildtype : morph asli / common / normal seperti yang ada di alam liarnya.
8. Paradox
adalah mutasi yang sifat pewarisannya terjadi secara acak dan tidak berpola bisa langsung ke anakan F1, F2, F3, F4, dan seterusnya serta tidak ada yang bisa mengetahui anakan yang keberapa yang akan mewarisi sifat mutasi unik (random mutasi) tsb, dimana mutasi ini merupakan sifat dari gen genotype (tidak terlihat). Hewan yang membawa sifat paradox ini saat baby terlihat seperti hewan normal pada umunya dan saat berusia juve/adult terjadilah sifat random mutasi (paradox) yang unik ini.
9. Poligenik
adalah sifat dari gen fenotype (terlihat) yang dikendalikan oleh lebih dari satu sifat allel (variasi gen) yang hanya tercipta dengan proses Selective Breed yang ketat untuk menciptakan suatu hewan tertentu dengan ciri khas tertentu dan sifat dari gen ini sangat kuat. Biasanya cara ini dilakukan untuk mempertahankan kemurnian/pemurnian suatu gen tertentu agar tidak tercampur dan dalam penciptaan mutasi poligenik ini ada Hukum Etika yang harus dipatuhi oleh semua penghobi reptile untuk tetap melabeli mutasi tersebut sesuai dengan yang diberikan oleh breeder pertama/penciptanya.
9. Hybrida
merupakan persilangan antara family maupun subfamily baik fenotype maupun genotypenya, namun hasil dari hybrida ini masih memiliki banyak resiko dalam prosesnya. Resiko - resiko tersebut diantaranya indukan yang antagonis terhadap pasangannya, sulit untuk dipasangkan dan dikembangbiakkan, jumlah telur yang dihasilkan sedikit, persentase keberhasilan penetasan yang rendah, lahir dalam keadaan sudah mati/cacat tubuh permanen, tidak dapat bertahan/tumbuh hingga dewasa, perlakuan khusus dalam perawatannya, tercemar/hancur/rusaknya suatu gen tertentu. Selain adanya resiko tersebut diatas ada sesuatu yang sangat diharapkan keberhasilannya oleh seluruh breeder yakni suatu kecacatan atau percampuran untuk lebih tepatnya yang terjadi pada warna, corak, dan ukuran yang disebabkan oleh perkawinan hybrida ini yang membuat hasil anakan tersebut terlihat indah untuk dipandang selain itu bisa dijual dengan harga yang cukup tinggi tentunya.
Mutasi Dasar Genetika
adalah sifat tunggal yang diwariskan pada keturunannya secara turun temurun atau yang lebih dikenal dengan “Teori Mendel” yang memiliki nama lengkap Gregor Johan Mendel. Sementara sebagian besar merupakan mutasi resesif yang khas, beberapa di antaranya codominan, dominan dan posshet. Morph sendiri memiliki arti kelainan genetika yang ditampilkan melalui perbedaan warna/corak pada tubuh suatu species yang dihasilkan oleh alam dalam kurun waktu yang sangat lama atau melalui proses selective breed untuk menghasilkan morph yang lebih menarik dengan cepat dengan campur tangan manusia. Apa itu albino dan bagaimana bisa begitu banyak jenis albinisme yang terjadi pada reptil, semua pertanyaan ini berasal dari perbedaan mendasar dalam cara pigmentasi warna kulit yang ditampilkan pada reptil. Albino adalah suatu kelainan genetic dan bukan penyakit infeksi yang dapat ditransmisi melalui kontak fisik, transfusi darah, dsb yang disebabkan enzim tirosinase tidak ada/rusak/cacat/terhalang sehingga melanin (sel pigmen) tidak mampu memproduksi warna coklat/hitam dan albino bisa dikategorikan kedalam tirosinase positif (T+) atau tirosinase negatif (T-). Sebagai catatan #definisi albino sejati yang sesunguhnya adalah lebih dari sekedar penjelasan diatas, karena hewan tersebut dapat dikatakan sebagai albino "jika kromatofor warna putih (Leuchophores), coklat/hitam (Melanophores), kuning (Xanthophores), merah (Erythophores), dan biru (Cyanhophores) benar - benar telah hilang atau tidak terproduksi. Fungsi melanin itu sendiri adalah sebagai zat pemberi warna pada kulit-mata-rambut, untuk melindungi tubuh dari sengatan cahaya matahari, dan dimana fungsi reproduksinya tetap normal. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh albino pada umumnya adalah mata dan kulit mereka sangat sensitif terhadap cahaya matarahari/cahaya yang sangat terang dimana jika intensitas terkena cahaya matahari terlalu lama bisa menyebabkan kerusakan pada kulit dan mata. Ada sebanyak enam jenis kromatofor warna yang ada pada reptil, masing-masing dapat dimodifikasi dengan salah satu dari tiga cara berikut yang pertama kurangnya fungsi (A-), yang kedua fungsi yang berkurang (Hypo-), dan yang ketiga fungsi yang meningkat (Hyper-). Kromatofor sendiri adalah suatu sel yang mengandung pigmen dan cahaya yang bertanggung jawab untuk menghasilkan warna kulit dan mata pada hewan berdarah dingin dan dihasilkan di puncak saraf selama perkembangan embrio. Kromatofor matang dikelompokkan menjadi subclass berdasarkan warnanya di bawah cahaya putih, berikut ini mari kita bahas beberapa hal yang ada kaitannya dengan albino :
Wildtype : morph asli / common / normal seperti yang ada di alam liarnya.
Super : morph yang gen
mutasinya lebih dominan daripada gen aslinya.
1.Klasifikasi Type ALBINO STRAIN.
Type-I (Bob Clark Strain) : albino ini type satu ini sangatlah unik karena bersifat polymorphic yang artinya dalam satu tetasan/keturunan memiliki warna yang berbeda - beda yakni white phase, lavender phase, dan purple phase serta yang terbaru yakni dark purple phase.
Type-II (Peter Kahl Strain) : albino type dua ini dikenal dengan nama amel/T-/kahl karena albino ini memiliki warna tubuh yang benar - benar putih bersih dengan warna mata merah, sedangkan albino white phase warna tubuh putih dengan warna mata hitam.
Type-III (Brian Sharp Strain) : dikenal dengan warna yang seperti caramel/T+, dimana semua warna hitam digantikan dengan warna ungu dan pigmen gelap lainnya tidak ada. Warna yang muncul pada type ini biasanya warna putih, warna kuning pucat sampai keemasan dan warna ungu dimana warna putih ini akan semakin banyak ketika beranjak dewasa.
2. LEUCHOPHORES - Kromatofor Putih.
Calico : terdapatnya bercak warna putih yang tersebar diseluruh tubuh dengan ukuran yang beranekaragam yang biasanya mengelilingi pattern aslinya.
Piedbald : hampir sama seperti calico dengan kuantitas warna putih hampir diseluruh bagian tubuhnya, tetapi tetap terlihat pattern aslinya.
Leucistic : tidak memiliki pigmen warna apapun pada tubuhnya selain warna putih dengan ciri - ciri warna mata normal atau hitam solid.
3. MELANOPHORES - Kromatofor Hitam/Coklat.
Amelanistic : ini adalah salah satu contoh mutasi yang paling
sederhana dimana melanin tidak bisa menghasilkan enzim tirosinase (T-) dan menghasilkan enzim tirosinase (T+). Pada bentuk T- (amel), tirosin tidak diproduksi oleh
melanin sehingga hewan tersebut sama sekali tidak memiliki
pigmen warna coklat/hitam sama sekali dengan ciri warna tubuh kombinasi putih dengan kuning sampai orange dan warna mata merah/pink. Dan dalam bentuk T+ (caramel), tirosin dihasilkan namun terhalang dan tidak
bisa bercampur sehingga hewan tersebut pada umumnya berwarna lebih gelap
baik warna tubuh dan matanya dari pada T- dengan species yang sama.
Hypomelanistic : sifat ini sebenarnya sangat mirip dengan amelanistic hanya saja jumlah melanin yang dihasilkan dikurangi secara substansial sehingga menyebabkan daerah yang biasanya berwarna coklat/hitam terlihat hampir transparan/tembus pandang untuk penyebutan yang lebih akurat.
Hypermelanistic : sifat ini merupakan kebalikan dari amelanistic dimana jumlah melanin yang dihasilkan lebih banyak dari yang biasanya diproduksi sehingga menyebabkan daerah yang biasanya berwarna coklat/hitam terlihat jauh lebih pekat warnanya atau juga biasa disebut dengan Melanistic.
4. XANTHOPHORES - Kromatofor Kuning.
Axanthic : mutasi genetika ini sedikit lebih sulit untuk dipahami karena melanin tidak dapat memproduksi warna merah dan kuning sehingga meyebabkan reptile ini berwarna hitam dan putih keabu - abuan namun pada suatu species tertentu ada yang berwarna biru.Hypermelanistic : sifat ini merupakan kebalikan dari amelanistic dimana jumlah melanin yang dihasilkan lebih banyak dari yang biasanya diproduksi sehingga menyebabkan daerah yang biasanya berwarna coklat/hitam terlihat jauh lebih pekat warnanya atau juga biasa disebut dengan Melanistic.
4. XANTHOPHORES - Kromatofor Kuning.
Hypoaxanthic : warna kuning yang diproduksi oleh melanin berkurang dari jumlah normalnya sedangkan warna merahnya tetap terproduksi dengan jumlah yang normal. Dan untuk reptile yang termasuk kedalam jenis ini masih dalam tahapan uji coba selective breeding oleh para pakar ahlinya.
Hyperaxanthic : warna kuning yang diproduksi oleh melanin dalam jumlah yang banyak dan warna merah dalam jumlah yang normal sehingga hewan tersebut nampak seperti warna orange atau juga biasa disebut dengan Anery Type-A / Xanthic.
5. ERYTHOPHORES - Kromatofor Merah.
Anerystic : warna merah tidak diproduksi oleh melanin sedangkan warna kuning masih tetap terproduksi dan reptile yang tergolongkan dalam jenis ini akan muncul dengan warna hitam dan warna putih serta warna kuning yang bervariasi.
Hypoanerystic : warna merah yang diproduksi oleh melanin berkurang dari jumlah normalnya sedangkan warna kuningnya tetap terproduksi dengan jumlah yang normal.
Hyperanerystic : warna merah yang diproduksi oleh melanin dalam jumlah yang banyak dan warna kuning dalam jumlah yang normal sehingga hewan tersebut memeilik warna merah pada tubuh dalam area yang cukup luas.
6. CYANHOPHORES - Kromatofor Biru.
Cyanophores adalah sel pigmen warna biru di mana sel tersebut relatif tidak spesifik susunannya, sehingga memperoleh suatu ciri khas tertentu dengan komposisi kimia yang tidak diketahui. Cyanophores ini memberikan tampilan warna biru yang menyala pada hewan – hewan tersebut yang biasa ditemukan pada species ikan laut, dan species amphibi.
7. IRIDHOPHORES - Kromatofor Reflektif/Warna Warni.
Iridophores tidak seperti jenis kromatofor lainnya yang tidak menghasilkan pigmen tetapi mengandung endapan purin (guanine, hipoksantin, adenine) bersifat crystal dan mencerminkan jumlah cahaya yang bervariasi. Struktur crystal ini mengendalikan penampilan dan refleksi cahaya merah, biru, kuning, ungu, orange, dan hijau ke mata kita yang digerakkan oleh otot – otot tubuh. Iridophores paling terkonsentrasi di daerah yang tidak memiliki melanophores dan daerah tersebut akan tampak kecoklatan bukannya hitam. Iridophores juga berperan dalam menghalangi radiasi sinar UV yang berbahaya yang terkandung oleh sinar matahari. Selain itu, iridophores tertentu mungkin memantulkan cahaya sedemikian rupa sehingga tampak kuning. Sudah pasti beberapa alel bekerja di sini dan masing-masing secara unik mempengaruhi penampilan spesimen yang terlibat, contohnya seperti species gurita, species chameleon.
Demikian artikel yang dapat
penulis buat dan publikasikan..... kurang lebihnya penulis mohon maaf yang
sebesarnya dan semoga artikel ini bermanfaat buat temen - temen dan para
pecinta reptile di indonesia, baik digunakan untuk laporan sekolah, jurnal
ilmiah, mading, kliping, sosialisai, dsb. Semoga artikel ini pun dapat menambah
wawasan & pengetahuan para pembacanya mengenai dunia reptil, terima kasih
juga sudah meluangkan sedikit banyak waktunya untuk mampir dan membaca artikel
ini. Untuk bacaan lainnya bisa copas link berikut http://aryanurullizardlover6.blogspot.co.id/2015/07/reptil-reptilia.html untuk menambah wawasan seputar reptile. Anyway, kalo ada kurangnya harap maklum dan ditunggu juga kritik dan sarannya
yang membangun untuk kesempurnaan dari artikel ini dan membuatnya menjadi lebih
lengkap dan menarik lagi... thank you for reading :) :) :)
Sumber by :
-wikipedia, reptilesmagazine, reptile-database, anapsid, aryanurullizardlovers, vmsherp, reptileforums, pintarbiologi, ilmudasar, nature, hobireptile, reptifiles, bobclark, selectivebreed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar